Hapak, lusuh dan berhabuk...
Dalam bilik suram dia terduduk
Diam.
Sepi pemuzik tua dengan kemeja coklat kusam, dan lapuk. Sepi dia berteleku sendiri menonton kisah hiba.. Hiba dia melihat orang-orang berpesta.. Hiba dia melihat orang-orang mengagung puisi sampah... Sayu dia mengenang lagu indah hanya hanya untuk raja.. Sugul dia melihat lagu seni hanya untuk acara pertabalan orang-orang besar yang entah apa-apa.
Dalam diam hati bicara..,
"Bolehkah aku ini jadi seperti mereka...,
mengagung lagu pop berjiwa-jiwa?"
Atau, "mampukah aku setidaknya tersenyum melihat orang-orang kita mengalun lagu-lagu pop mereka?"
Dalam diam dia mengukir senyum sendiri...
"mungkin aku ini sudah terlalu-lama dimamah usia, hingga tidak lagi mampu mengikut kamu-kamu itu...."
"ya, aku ini yang sedikit lapuk mungkin."
kadang-kadang yang lapuk lagi berharga
ReplyDeletetapi selalunya xramai yg hargai yg lapuk..... xkool mungkin?? dah di mamah usia.. kita-kita ini kan mudah lupa..? =)
ReplyDeleteKalau di luar , lagi tua lagi laku. Tak macam di sini, semua ikut rupa. bukan bakat :)
ReplyDeleteHahaha aku setuju dgn kau!! kita-kita ini cuma suka yang cantik-cantik....=)
ReplyDeletehaha..dan yang ikenang itu sekadar buthday party..bukan hari kelahiran..
ReplyDeletemusik=tarikh lahir.
sekadar pelacur jalanan..demm
yang buruk dan lapuk itu
ReplyDeletesatu hari nanti pasti akan dicari kembali
penulisan km jg menarik :) seronok bila dpt baca kisah cerita manusia yang sedar akan keberadaan sesama insan yg sama2 mencintai penulisan... tegarnya kita semua disini tanpa mengira rupa mahupun usia sebab kita semua akur bahawa penulisan bukan sekadar perhiasan :) salam pengenalan...
ReplyDelete